Sebanyak 35 Ribu Bayi Lahir Tertular Hepatitis B dari Ibu, Sosialisasi Pencegahan Ditingkatkan

Data Kementerian Kesehatan menunjukan sebanyak 35.757 bayi lahir dengan hepatitis B di Indonesia pada tahun 2022. Penularan kasus didominasi oleh penularan langsung dari ibu ke anak. Hal ini mendorong Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bidang Kesehatan melalui Ketua Komite Tetap Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Hilda Kusumadewi dan tim dokter menggelar sosialisasi di lingkungan masyarakat untuk mencegah penularan kasus hepatitis.

Hilda mengatakan, gejala awal hepatitis seperti diare, mual, muntah, sakit perut, dapat disertai demam ringan. Jika muncul gejala awal segera bawa pasien ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. "Jangan menunggu muncul gejala lanjutan seperti mata dan kulit kuning, apabila muncul penurunan kesadaran segera ke fasilitas kesehatan yang memiliki ICU," ujar Hilda, di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Secara umum, penularan hepatitis B, C, dan D terjadi secara vertikal langsung dari ibu ke anak, dari cairan tubuh (air ludah, cairan sperma) dan aktivitas seksual tidak aman, menggunakan tindik atau tato, maupun penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkoba. Soal Perjalanan Jauh Pemain PSIM Yogyakarta di Babak 12 Besar, Ini Kata Kas Hartadi Kode Promo Grab Hari Ini 22 Desember 2023, Grabbike Diskon Rp 8 ribu, GrabFood Diskon 50 Persen

Cek Nama Kamu! Ini Nama Peserta yang Lulus Seleksi Calon PPPK 2023 Kota Ambon, Lengkap Link PDF! Noval Pelaku Pembunuhan Bemo Preman Manado Akhirnya Keluar dari Rumah Sakit Untag Surabaya Pamerkan Produk Hasil Penelitan dan Pengabdian Dosen Mahasiswa Sepanjang 2023 Surya.co.id

Zulkifli Hasan Dilaporkan ke Bareskrim Polri terkait Kasus Penistaan Agama Warga Ukraina Siap %27Angkat Kaki%27 dan Ganti Kewarganegaraan Daripada Berperang Melawan Rusia Di tempat yang sama, dr. Michael Spica Rampangilei mengatakan, penularan Hepatitis B dari secara vertikal ibu ke anak menyumbang sebesar 90 95 persen dari seluruh sumber penularan lainnya.

Bayi yang terinfeksi hepatitis B kemungkinan untuk menjadi kronis dan sirosis hingga 80 persen, dan sayangnya belum ada pengobatan yang efektif, sehingga penting untuk memutus alur penularan. "Pemberian vaksin hepatitis B secara lengkap dan tepat dapat menurunkan prevalensi hepatitis B. Tetapi masih terdapat permasalahan yang harus dihadapi yaitu risiko untuk menjadi sirosis dan hepatoma serta belum ada pengobatan yang efektif,'' jelas dr. Michael. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan, sebanyak 7,1 persen atau 18 juta masyarakat Indonesia terinfeksi hepatitis B.

Dari jumlah tersebut 50 persen di antaranya berisiko menjadi kronis dan 900.000 dapat menjadi kanker hati. Bahkan hepatitis B menjadi empat besar penyebab kematian di Indonesia, dengan perkiraan kematian setiap tahunnya sebesar 51.100 kematian. Sebanyak 50.744 ibu hamil positif hepatitis B pada tahun 2022.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 35.757 bayi lahir dari ibu yang positif hepatitis B. Kendati sebagian besarnya sudah mendapatkan imunisasi Hb0 dan HBg kurang dari 24 jam namun masih didapati 135 bayi positif Hepatitis B pada usia 9 12 bulan. Memutus atau mencegah sedini mungkin penularan hepatitis menjadi prioritas pemerintah saat ini.

Khusus untuk hepatitis B, dilakukan deteksi dini Hepatitis B yang terintegrasi dengan pemeriksaan HIV dan Sifilis untuk minimal 80 persen ibu hamil (atau disebut juga dengan Triple Eliminasi). "Tujuannya untuk memutus atau mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak," ungkap dr. Michael. Pemberian imunisasi Hepatitis B tiga dosis pada bayi juga masuk ke dalam program imunisasi nasional untuk mengurangi insiden dan pemberian HB0 kurang dari 24 jam untuk mengurangi transmisi dari ibu ke bayi.

Selain itu, juga dilakukan pemberian HBIg pada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg, dan pemberian Tenofovir pada bumil dengan viral load tinggi. Deteksi dini juga harus dilakukan bagi kelompok berisiko seperti pengguna jarum suntik (penasun) dan eks penasun, ODHIV, pasien hemodialisa, populasi kunci seperti WBP, PS, dan LSL, riwayat transfusi, riwayat tato, tindik dan penggunaan alat medis tidak steril harus dilakukan untuk memutus penularan. Artikel ini merupakan bagian dari

KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*